Jam dering berbunyi nyaring ditelingaku. Aku terbangun dengan malas dan mematikan dering jam dinding yang membangunkan pagiku hari ini. Hari ini adalah hari libur, aku tidak mempunyai aktifitas apapun selain berbaring dikasur ini. Aku yakin hari ini pasti hari yang sangat membosankan untukku. Hanya mengurung diri dirumah, dan makan teratur membuatku seperti di penjara. Aku harap ada yang mengeluarkanku dari jeratan ini.
Dering ponselku berbunyi, aku segera mengangkat. “halo”
“halo, putri. Ini aku putra” sahut seseorang diseberang sana.
Ya, ia putra, Temanku. Aku sudah lama menjalin hubungan persahabatan dengannya. Hanya sebuah persahabatan, tidak lebih. Aku pernah menyukainya, tapi sepertinya ia tidak sependapat denganku. Aku takut, jika aku katakan perasaanku padanya, ia akan menjauh dariku. Bahkan tidak ingin menjadi sahabat ku lagi. Dia satu-satunya seseorang yang bisa mengerti perasaanku, masalah-masalahku, dan saran-saran yang ia berikan sangat berguna untukku. Oleh sebab itu, aku itdak ingin membuatnya kecewa dengan perasaan ini.
“iya putra, ada apa?” sahutku dengan suara malas, karena masih mengantuk.
“hari ini, apa kau ada urusan?”
Aku berpikir sebentar “tidak” aku heran, sambil menebak-nebak. Pasti ia ingin mengajakku menemaninya kesuatu tempat. Tiba-tiba jantungku bergemuruh keras. aku harap dugaanku benar.
“aku ingin mengajakmu ke mall tempat biasa kita jalan-jalan. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Bagaimana?”
Ternyata dugaanku benar, akhirnya aku terlepas dari jeratan penjara dirumah ini. Aku bisa bertemunya lagi, padahal baru beberapa hari yang lalu aku menemuinya. Tapi sekarang aku malah merasa rindu padanya. Aku senang sekali bisa jalan-jalan bersamanya. Dan aku penasaran dengan sesuatu yang ingin dia sampaikan.
“tapi kalau kau tidak mau juga tidak masalah” tambahnya lagi.
Aku segera menjawab “tidak, tidak bukan begitu. Aku mau menemanimu”
Di seberang sana, terdengar cekikikan tawa putra “terima kasih kalau begitu. bye”
“bye” aku menutup pembicaraan sambil tersenyum sendiri. Orang yang melihatku pasti mengira aku ini orang gila.
Aku cepat-cepat ke kamar mandi untuk bersih- bersih badan supaya tubuhku wangi saat bertemu dengan putra. Kenapa jika ingin bertemu dengannya aku selalu ingin tampil cantik, padahal dia itu sahabatku, bukan kekasihku. Bagaimanapun aku tidak ingin merusak hubungan persahabatan ini.
***
Aku sudah sampai disebuah mall tempat kami ingin bertemu. Aku tidak tahu apa tujuannya mengajakku kemari. Tapi aku merasa senang karena bertemu dengannya lagi. Aku menengok kesekeliling. Tapi tidak melihatnya. Mungkin ia belum datang. Benakku.
Aku menunggu kedatangannya. Aku harap ini merupakan hari yang menyenangkan bagiku. Aku terus menunggunya, tapi lama kelamaan aku tidak sabar juga. Aku menekan nomor ponselnya. Terdengar bunyi nada sambung ponselnya.
“hallo” sahut diseberang sana. Akhirnya ia mengangkat juga.
“hallo, putra. Kamu dimana?”
“maaf put, aku sedang terjebak macet. Mungkin agak terlambat aku datang kesana” terdengar bahwa dia menghembuskan nafas. “kau sudah sampai ya?”
“iya. Aku udah di mall”
“kau tidak apa-apa menungguku?” sahut putra
“gak apa-apa” sahutku. Sebenarnya aku sudah capek sekali menunggu, tapi karena aku ingin bertemunya, jadi aku harus bersabar. “kalau gitu, kau hati-hati ya”
“iya, aku pasti hati-hati putri”sahutnya. Baru aku ingin menutup ponsel, lalu dia berkata. “putri,”
“ada apa?”
“terima kasih. Kau sudah perhatian padaku”
Aku tersenyum atas ucapan terimakasihnya itu. Lalu langsung menutup ponselku.
***
15 menit ku menunggu, akhirnya ia datang juga. Aku takjub saat melihat seseorang perempuan yang berada disampingnya. Siapa dia? Apa mungkin pacarnya? Jantungku seakan berhenti melihatnya dengan seorang perempuan cantik. Mereka tersenyum dan mendekatiku.
“hay, putri. Maaf ya, karena sudah lama menungguku” sahut putra dengan senyumnya yang manis.
“tidak apa-apa” aku membalas senyuman itu. Lalu aku menengok seorang perempuan di sampingnya.
“kenalkan putri, ini Karen. pacar aku. Dan Karen, ini putri. sahabat aku.”
Aku terkejut, sekujur tubuhku memanas dan jantungku berdebar keras saat ia mengatakan bahwa gadis ini adalah pacarnya. Aku patah hati. Aku ingin menangis, karena apa yang kuharapkan tidak akan terjadi. Tapi aku masih bisa menahan perasaanku. Aku dan perempuan itu saling menatap dan tesenyum. Senyuman itu tidak tulus dari hatiku. Gadis itu mengulurkan tangan
“Karen” gadis itu tersenyum padaku. aku mengakui senyumnya sangat manis. Kenapa ia begitu manis?
Aku menjabat tangannya. “putri.”
Aku tidak berhak kecewa pada putra. Bagaimanapun juga ia tidak tahu perasaanku. Dan aku harus bahagia melihatnya bahagia. Itulah seorang sahabat sejati. Meski aku mencintainya…
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer