seperti aku (part 2)

Jumat, 22 Februari 2013


Memang selama perjalanan cinta itu tidak mulus, seperti aku dan Luthfi. Kita beda keyakinan, aku yang beragama islam dan dia non islam. Dalam agamaku tidak diperbolehkan pacaran atau menikah dengan berbeda keyakinan, tapi cinta yang aku beri pada dia sangat tulus.

Banyak orang yang mencibirku karena aku dan Luthfi beda keyakinan, mereka sepertinya sudah memandangku sebelah mata, aku yang memakai jilbab harus berpacaran dengan seorang non islam…
Tapi aku tidak menanggapi pandangan orang lain terhadapku, aku tetap berteguh pada prinsipku sendiri~

Aku yang sedang menyendiri tiba-tiba Luthfi memanggil dari jauh sambil melambaikan tangan lalu ia mendekat padaku

“hay sayang, kok melamun sih?” langsung duduk disampingku.

“hm gak apa-apa kok hehe, udah selesai ujian prakteknya? Kita mau kemana sekarang? Apa kita langsung pulang? Takutnya kamu capek” cerocosku.

“eits, bawel banget sih pacarku ini hehe jadi makin cantik deh. Kita makan aja yuk” ajaknya

“boleh, mau makan kemana?” tanyaku datar

“ayo ikut saja nanti kamu juga tau sendiri” sambil menarik tanganku mengajak ke arah parkiran kendaraan.

Luthfi akan menjalani ujian nasional tahun ini, dia adalah kakak kelasku di sekolah. Aku senang sekali punya pacar seperti dia, dia orangnya penuh kejutan dan dia romantic juga…

“oke ayo turun tapi sebentar, aku bukain pintu buat kamu ya” dia bergegas turun dari mobil dan membukakan pintu mobilnya.

“silahkan my princess” dia tersenyum

“makasih ya” jawabku datar

“kok kaya yang bĂȘte gitu sih sayang, ada apa?” tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam restaurant mahal

“gak ada apa-apa kok, Cuma ga enak aja sama kamu” gugup sekali rasanya

“gak enak kenapa sayang?” tanyanya dengan antusias

“mas, minta menu ya” pintaku pada pelayan yang sedang mengantarkan makanan pada meja sebelahku

“hey, kok jadi mengalihkan pembicaraan sih? Tanpa kamu minta menunya pasti pelayan itu akan mengantarkannya” mengagetkanku

“em eh iya apa?” tanyaku pura-pura tidak dengar

Pelayan itu menghampiri aku dan Luthfi agar segera memesan makanannya
“maaf mba, mas mau pesan apa?” Tanya pelayan itu

“aku pesan iga bakar madu dan minumnya choco caramel” pintaku pada pelayan

“kamu mau pesan apa?” tanyaku pada Luthfi

“sama saja” jawabnya singkat

“oke itu saja? Tidak ada tambahan lain?” Tanya pelayan itu

“tidak ada mas” jawabku singkat, pelayan itu segera meninggalkan meja kami.

“Zahira ada apa sih? Kesannya kamu seperti menutup-nutupi sesuatu?” ucap Luthfi

“sebenarnya aku tidak enak dengan cemoohan orang lain terhadap kita berdua yang pacaran tapi beda keyakinan” dengan jujur aku mengatakannya

“oooh jadi itu yang kamu cemaskan dari tadi?” aku hanya menggeleng iya

“sayang kamu cinta kan sama aku?” tanyanya

“iya, aku cinta sama kamu fi” jawabku

“kamu gak usah dengar apa kata orang, meskipun kita beda keyakinan tapi kita ga meresahkan mereka semua kan? Kita punya cinta yang besar dan gak boleh ada satu orang pun yang boleh merusak hubungan kita kecuali tuhan” ucapnya santai meyakiniku

“i..iya sih benar apa kata kamu fi, seharusnya aku tidak mendengarkan apa kata orang lain tapi aku susah menghilangkan komentar pedas mereka” sambil menundukan kepala, tanganku diraihnya

“sayang, yang menjalankan hubungan kan kita bukan mereka jadi mereka gak tau apa-apa, kita harus saling percaya dan gak boleh sampe terpengaruh apa kata orang lain” santai, sambil mengangkat wajahku yang sedari tadi menunduk

“makasih ya Luthfi, kamu udah bisa ngeyakinin aku” aku tersenyum

“maaf mba, mas makanannya sudah siap” sambil menaruh makanan dan minuman diatas meja

“oke terimakasih” lalu pelayan itu pergi meninggalkan mejaku

“yaudah kamu jangan pikirin itu lagi ya, sekarang kamu makan tuh abisin, selamat makan ya sayang” dengan lembut dia berbicara seperti itu

“selamat makan juga ya, fi” aku tersenyum

Setelah selesai makan kita menuju mobil untuk pulang

“sayang sekarang aku mau ajak kamu ke suatu tempat” sambil membukakan pintu mobil, setelah ia sudah didalam mobil aku bilang

“memangnya mau kemana?” tanyaku penasaran

“nanti juga kamu tau sendiri” jawabnya santai

“kamu tuh selalu aja kaya gitu, penuh surprise dan susah ditebak” kataku sambil menatapnya, dia hanya tersenyum tanpa menjawabnya

“oke kita sudah sampai” kata Luthfi

“kita dimana?” tanyaku

“dirumah ku” jawabnya singkat

“hah rumah kamu? Aku kan gamau kerumah kamu, aku takut orang tua kamu gak setuju sana hubungan kita” kataku ketakutan

“ayo keluar dari mobil, kita masuk ke dalam” dia langsung turun dan membukakan pintu mobilnya

Sekarang kita ada di depan pintu rumah yang cukup mewah, ini kali pertamaku menginjak rumahnya Luthfi. Aku sangat takut dan gugup, bagaimana nanti kalau orang tuanya mengusirku atau menyuruh putuskan Luthfi? Aku gak sanggup L
Perasaanku campur aduk dan akhirnya aku pasrah saja. Setelah masuk kedalam rumah Luthfi aku disuruh tunggu di ruang tamu, aku sangat takut sekali. Dari kejauhan aku melihat seorang perempuan peruh baya yang kelihatannya itu adalah maminya Luthfi, dia sangat cantik dan putih seperti orang cina.
Aku harus bagaimana ini, aku takut maminya tidak suka padaku.

“hay Zahira” sapanya sambil tersenyum

Aku tak menyangka dia tau namaku.

“hallo tante” senyum paksa

“oh jadi ini yang namanya Zahira, Luthfi sering cerita tentang kamu loh ke mami, jangan panggil tante ya panggil saja mami biar lebih akrab” mami tersenyum sepertinya dia baik

“i..iya mami” jawabku gugup sekali

“kamu mau minum apa?” Tanya mami

“engga usah repot-repot tante eh mami ga usah” masih saja aku gugup

“gimana kalo hot chocolate saja? Kamu suka kan?” mami tanya lagi

“iya gimana mami aja hehe” malu-malu kucing

“oke tunggu sebentar ya” mami masuk kedalam dapur untuk membuatkan hot chocolate untukku

“hey, muka kamu lucu ya hahaha gugup banget, jadinya pucet loh. Kamu gak apa-apa kan sayang?” Luthfi menertawakanku akibat mukaku yang gugup

“kamu sih ngajak aku kesini, aku kan belum siap tapi kayanya mami kamu baik ya” aku tersenyum lega dan senang

“iya mamiku memang baik banget, dia udah tau semuanya tentang kamu ko dan sepertinya suka deh sama kamu sayang” pujinya

“iih kamu cerita apa aja? Gak macem-macem kan?” tanyaku takut

“gak ko, tenang aja sayang” tertawa geli

“ini dia hot chocolatenya sudah jadi, habiskan ya Zahira gak usah sungkan-sungkan kali disini anggap saja rumah kamu sendiri, kamu harus sering-sering main kesini soalnya Luthfi sering melamun mungkin mikirin kamu terus tuh” rayu mami

“ih mami ko buka rahasia sih” Luthfi cemberut, aku hanya tertawa kecil

“iya mami makasih, aku bakal sering main kesini ko, bukan cuma temenin Luthfi tapi temenin mami juga atau sekedar bantu mami masak mumpung aku masih libur sekolah kan sekolahnya lagi di pake sana anak kelas 3 yang lagi ujian praktek. Sedih ya mami harus pisah lingkungan sama Luthfi” cerocosku tanpa koma

“aduh ko jadi curhat gini sih?” mami tertawa

“hihi sayang kamu takut pisan ya sama aku? Tenang aja sayang aku ga akan lupa sama kamu kok” rayu Luthfi

“duh jadi malu hehe, sut malu sama mami, panggil nama saja ga usah pake kata sayang” kataku

“gak apa-apa kok, mami ngerti hehe yaudah mami masuk kamar dulu ya mau istirahat. Kalian terusin dulu aja ngobrolnya, oh ya Luthfi jangan lupa antar Zahira pulang dan jangan terlalu malam ya kasian dia kan anak perempuan” bawelnya mami keluar

“iya mi siap, yaudah mami masuk sana aku mau pacaran dulu sama Zahira” Luthfi memandangku

“sut ga boleh gitu Fi” aku tertawa

“iya nih Luthfi kalo udah ada pacar jadi lupa sama maminya deh” sambil melangkah pergi ke kamar

“gimana sayang, mami ku baik kan? Ga sesuai sama yang kamu pikirin” senyum geli

“hmm iya juga sih tapi lain kali kalo mau ajak aku kesini bilang-bilang dulu ya” mencubit tangan Luthfi


part 3 masih prosos, see you :* loveyaa



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar